Risiko-Risiko Usaha : Sebagai suatu usaha perdaganagn umum, perdagangan
toko bahan bangunan yang berorientasi pada kepuasan konsumen, menghadapi
risiko-risiko usaha sebagai berikut :
Risiko-risiko usaha perdagangan toko bahan bangunan :
Keterangan
|
Risiko-risiko
|
Akibat
|
Toko
|
·
Pemilihan lokasi yang tidak tepat
|
· Pembeli
datang sedikit
|
·
Munculnya pemain-pemain baru di wilayah yang sama
|
·
Persaingan ketat atau pelanggan berpindah
|
|
·
Pengambilalihan tanah/ bangunan disewa
|
· Pemilik
toko tidak dapat membeli
|
|
·
Kebakaran/banjir
·
Kebijakan dirubah pemerintah
|
· Pemilik
kehilangan tempat usaha
|
|
Barang
dagangan
|
·
Kelangsungan suplai terganggu
|
·
Kehilangan pelanggan
|
·
Dirampok/dicuri/dijarah
|
· Kerugian
bagi pemilik toko
|
|
·
Kerusakan dalam pergudangan dan perjalanan
|
· Rugi/
dikomplain para pelanggan
|
|
Konsumen
|
· Krisis
ekonomi , daya beli masyarakat turun, pembangunan rumah terhenti
|
·
Permintaan bahan bangunan menurun
|
· Tidak
membayar tepat pada waktunya (untuk pelanggan tetap)
|
·
Perputaran modal terganggu
|
|
Sumber : Data Consult
|
Poin-Poin Kritis : Poin-poin kritis yang bisa membuat toko bahan
bangunan tradisional gulung tikar lebih sederhana dibandingkan toko eceran
modern yang lebih komplek penyebabnya. Namun risiko-risiko toko bahan bangunan
tradisional lebih banyak poin kritisnya.
Toko Bahan Bangunan Tradsional
Poin-point kritis yang dampaknya bisa membuat toko bahan
bangunan gulung tikar, antara lain :
A. Force majeure
Musibah kecelakaan seperti kebakaran akan membuat aset
perusahaan habis. Dalam hal ini toko bahan bangunan tradisional jarang yang
mengasuransikan barang dagangan maupun aset tidak bergeraknya. Namun bilamana
toko bahan bangunan itu memiliki potensi pasar yang sangat menguntungkan dan
memiliki kepercayaan dari supplier, maka toko tersebut akan didirikan lagi
dengan modal baru atau pemilik baru.
B. Masalah kecukupan modal
Pada kondisi persaingan yang ketat, seringkali pedagang harus menerapkan cara pembayaran yang fleksible kepada pelanggannya. Begitu juga apabila pedagang bersangkutan ingin ikut serta dalam penyediaan barang kepada kontraktor yang memiliki proyek cukup besar, seringkali mereka perlu memodali lebih dahulu barang yang dikirimkan kepada kontraktor dalam jangka waktu tertentu. Bilamana piutang tersebut tidak terkontrol, seperti pembayaran banyak yang macet atau pemborong kabur tidak bertanggungjawab, maka toko bangunan tidak bisa membayar kepada supplier tepat pada waktunya, sehingga menyebabkan stok makin menipis dan akhirnya bisa gulung tikar.
Pada kondisi persaingan yang ketat, seringkali pedagang harus menerapkan cara pembayaran yang fleksible kepada pelanggannya. Begitu juga apabila pedagang bersangkutan ingin ikut serta dalam penyediaan barang kepada kontraktor yang memiliki proyek cukup besar, seringkali mereka perlu memodali lebih dahulu barang yang dikirimkan kepada kontraktor dalam jangka waktu tertentu. Bilamana piutang tersebut tidak terkontrol, seperti pembayaran banyak yang macet atau pemborong kabur tidak bertanggungjawab, maka toko bangunan tidak bisa membayar kepada supplier tepat pada waktunya, sehingga menyebabkan stok makin menipis dan akhirnya bisa gulung tikar.
C. Persaingan tajam
Munculnya pesaing baru yang berhasil merebut pasar,
menyebabkan stok terus menumpuk dan kehilangan kepercayaan dari supplier,
karena keuntungan yang didapat tidak bisa menutup biaya operasional. Bila¬mana
kondisi ini tidak bisa diperbaiki, dampaknya akan membuat toko bahan bangunan
gulung tikar secara perlahan-lahan.
D.
Ketersediaan barang dagangan
Meskipun keuntungan toko bahan bangunan cukup besar,
namun bilamana pengelolaannya tidak efisien atau terjadi
penyelewengan/kebocoran keuangan, sehingga pembayaran terhadap supplier sering
mengalami kemacetan dan akhirnya mengurangi kepercayaan supplier dengan
mengurangi suplainya. Dampaknya pembeli akan beralih ke toko lain, karena
pelanggan menuntut ketersediaan barang yang dibutuhkan sesuai dengan kualitas,
jenis dan jumlah barang yang memadai. Kehilangan pelanggan dan pembeli lambat
laun akan membuat toko bangunan tersebut gulung tikar.
Toko Bahan Bangunan Modern
Poin-poin kritis untuk toko bahan bangunan modern
berkaitan dengan faktor-faktor internal dan eksternal.
A. Faktor internal
Poin kritis dalam faktor internal adalah menyangkut
kepiawaian manajemen perusahaan. Sebab dengan beban administrasi dan
operasional yang cukup besar, memerlukan tingkat keuntungan yang memadai. Untuk
toko yang memiliki jaringan outlet cukup banyak, faktor keuntungan minimal ini
masih bisa dilakukan subsidi silang oleh gerai lainnya yang memperoleh omzet
dan laba lebih besar.
B. Faktor eksternal
Kepiawaian manajemen toko modern sangat dituntut
menghadapi pesaing di jenis usaha yang sama. Sebab dengan lokasi toko modern
yang saling berdekatan di areal pasar yang sama, akan terjadi perebutan
konsumen di segmen pasar tesebut. Persaingan yang sangat tajam akan membuat
terjadinya penurunan keuntungan, karena ongkos operasionalnya bertambah banyak
menyangkut promosi dan pemberian diskon atau perang harga.
sumber : drs.irawan ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar